Brand Itu Penting


Tanpa nama, produk bermutu belum tentu laku. Nama yang bagus bisa jadi tidak akan menarik, jika tidak bermakna. Makna yang baik tidak akan dimengerti, bila tidak dikenalkan. Dan perkenalan tidak akan mengesankan, jika tidak memberikan pengalaman yang baik. Karena itu, brand menjadi penting agar produk selalu diingat kualitas baiknya.

Begitulah gambaran sederhana tentang pentingnya brand bagi produk. Ibarat diri kita, kita punya nama yang menjadi doa baik dari orang tua. Karena itu, semua orang tua tidak sembarangan memberi nama untuk anaknya. Mereka memilih nama yang bermakna. Dan berharap, semoga kebaikan dalam nama tersebut akan terwujud ketika anaknya kelak dewasa. Sehingga, orang tua sering mengingatkan kita agar menjaga nama baik diri sendiri, orang tua, dan keluarga.

Brand juga demikian. Tidak peduli kita punya usaha kecil, menengah, atau besar, semuanya butuh brand, berupa nama yang bermakna. Nama tersebut menjadi “doa baik” bagi usaha kita. Sehingga, di dalam brand tersebut ada harapan agar usaha tersebut menjadi usaha yang baik. Baik bagi pembeli, sehingga menjadi pelanggan. Dan baik juga buat pemilik usaha, sehingga usahanya terus berkembang menjadi lebih besar.

Karena brand itu penting, maka sekarang sudah bukan jamannya lagi menjual produk “kosongan”. Jangan pernah lagi menjual produk tanpa nama dan kemasannya polosan. Produk kosongan atau polosan tidak menarik calon pembeli. Calon pembeli yang baru tahu akan ragu dengan kualitas produk yang tidak memiliki brand. Sedang bagi pembeli yang sudah tahu kualitasnya, juga bakal kesulitan jika mau membeli lagi. Karena tidak tahu nama produknya dan kepada siapa pesannya.

Kondisi tersebut tentu akan berbeda, jika produk punya brand. Orang yang belum tahu akan tergoda mencoba. Bila cocok, akan mudah untuk membeli atau pesan lagi. Sebab pembeli tahu brand-nya apa dan pembuatnya siapa. Sehingga brand akan membuka peluang bagi usaha atau produk untuk mendapatkan pelanggan setia. Pelanggan setia inilah yang nanti akan ikut membesarkan usaha. Mereka akan memberikan keuntungan keuangan dan nama baik brand yang dikenal luas. Karena bila mereka puas, akan menceritakannya dari mulut ke mulut.

Brand yang Baik
Ada empat syarat agar brand yang dipilih menjadi brand yang baik, yaitu sederhana, bermakna, konsisten, dan mudah digunakan. Syarat pertama adalah sederhana. Brand sebaiknya pendek saja, dan menggunakan kata-kata yang mudah diucapkan maupun didengar. Agar orang gampang mengenal dan mengingatnya. Meski artinya bagus, kalau terlalu panjang dan kata-katanya rumit, orang justru bisa salah baca, salah dengar, salah ingat atau malah gampang melupakannya.

Kedua, pilih brand yang bermakna. Makna ini bisa berupa harapan baik pemiliknya, atau janji baik bagi pembelinya. Harapan maupun janji baik tersebut harus diwujudkan melalui kualitas produk yang memuaskan pembeli. Jika pembeli puas, maka selain telah memenuhi janji kepada pembeli, juga telah mewujudkan harapan baik pemiliknya. Tapi jika pembeli kecewa, maka selain harapan pemiliknya tidak tercapai, janji kepada pembeli juga jadi tak terbukti.

Syarat ketiga, konsisten. Sejak awal membut brand, harus dipertimbangkan dengan matang pemilihan nama, bentuk, maupun warnanya. Brand harus selalu ajeg, tidak boleh gampang berubah. Tujuannya, agar pembeli mudah mengenali identitas dan tidak ragu dengan kualitasnya. Apalagi sekarang banyak “brand plesetan”, meniru brand yang sudah lebih dulu terkenal. Supaya pembeli yang tidak teliti salah pilih karena mirip, padahal sebenarnya beda. Cara seperti ini jelas tidak baik. Karena itu, lebih baik gunakan brand sendiri yang orisinil dan mantap!

Dan syarat yang terakhir adalah mudah digunakan. Pilih bentuk dan brand color yang mudah digunakan. Bentuknya harus tetap baik saat dibuat dalam ukuran kecil maupun besar. Skalanya tetap baik, dan tidak rusak ketika terjadi perubahan ukuran penggunaan. Misalnya, bentuk brand tersebut harus sama bagusnya saat digunakan sebagai stempel maupun ketika dipakai untuk kemasan produk dan papan nama usaha. Sedang untuk warna, pilih yang mudah pewarnaannya. Gunakan warna sesedikit mungkin, satu sampai tiga warna sudah cukup. Warna pelangi memang indah ketika disaksikan di langit. Tapi kalau dijadikan brand color, lalu digunakan di stempel, akan ruwet di mata. Apalagi kalau saat distempelkan di nota, ternyata tintanya blobor, brand kita malah jadi jelek.

Brand Name
Brand name bisa berupa nama diri, nama yang berhubungan dengan produknya, atau nama bebas yang berarti baik, lucu, maupun membuat penasaran calon pembeli. Ketiga cara penamaan tersebut juga bisa saling dikombinasikan agar namanya tidak pasaran. Asalkan, nama tersebut tetap memenuhi syarat sederhana dan bermakna. Sehingga selain brand-nya mudah diingat dan bermakna baik, juga punya ciri khas. Karena salah satu fungsi brand sebagai identitas produk atau usaha.

Penamaan brand dari nama diri bisa berasal dari nama pemilik usaha maupun keluarganya. Nama tersebut bisa digunakan secara lengkap, cukup nama panggilan, atau malah hanya inisial. Karena sebenarnya, setiap nama diri telah punya arti yang baik, maka bagus juga jika digunakan untuk menamai brand produk atau usahanya. Contohnya, nama Sosrodjojo yang berarti ribuan kejayaan. Lalu digunakan menjadi brand Teh Botol Sosro, yang akhirnya sukses seperti sekarang.

Selain menggunakan nama diri, brand juga bisa berupa nama yang menunjukkan produknya. Tujuannya, agar dari nama tersebut calon pembeli langsung tahu jenis produknya. Misalnya Indomie, orang dapat dengan gampang memahami bahwa produknya adalah mi produksi Indonesia. Atau contoh lain lagi adalah Mi Sedaap, yang namanya menggoda calon pembeli untuk langsung mencicipi rasa sedapnya. Dan masih banyak lagi contoh brand lainnya.

Selanjutnya, penamaan dengan menggunakan nama bebas yang bisa berarti baik, lucu, atau membuat penasaran calon pembeli. Di Jogja, ada “Oseng-oseng Mercon Bu Narti”. Sedang di Surabaya, ada “Rawon Setan Mbak Endang”. Sekilas nama tersebut terdengar aneh dan tidak berarti. Tapi ternyata justru membuat penasaran para calon pembeli untuk mampir mencoba masakannya. Hasilnya, oseng-oseng mercon dan rawonnya setan tersebut justru semakin laris dan terkenal. Karena selain pembeli puas dengan masakannya yang enak, mereka juga terhibur oleh nama brand-nya.

Demikian juga dengan brand sarung Gajah Duduk. Seolah nama tersebut tidak ada hubungannya. Kan tidak ada gajah yang sarungan? Tapi ternyata, brand yang sepintas lucu itu punya harapan baik pemiliknya. Gajah, sebagai binatang yang besar melambangkan sarung yang kuat. Sedang gajah yang sedang duduk tersebut berarti harapan agar produknya menjadi pemimpin pasar sarung di Indonesia.

Brand Design
Nama yang baik juga harus disajikan sebaik mungkin. Bisa berupa tulisan, inisial, maupun lambang. Ketiga hal tersebut juga bisa dikombinasi agar brand tampil lebih menarik. Brand berupa tulisan, sebaiknya menggunakan bentuk tulisan yang jelas. Sehingga orang mudah membacanya. Jangan terlalu tipis dan banyak hiasan, yang niatnya supaya bagus, tapi justru membuat tulisan sulit dibaca. Ini ibarat ingin untung, malah buntung.

Untuk brand name yang menggunakan inisial atau singkatan, sebaiknya disertai dengan nama lengkap atau kepanjangannya dulu. Apalagi jika produk atau usahanya baru berdiri. Agar orang lebih mudah mengenal dan mengerti maksudnya. Jika nanti brand tersebut sudah terkenal, baru secara bertahap menggunakan inisial namanya. Seperti BRI, dulu awalnya ditulis “Bank Rakyat Indonesia”. Setelah sekian lama, dan dirasa orang sudah mulai biasa dengan singkatannya, baru kemudian brand-nya menggunakan nama “Bank BRI”.

Selain berupa tulisan dan inisial, brand juga dapat digambarkan berupa lambang. Karena ada ungkapan yang mengatakan bahwa sebuah gambar punya arti lebih dari seribu kata. Contohnya seperti yang dilakukan oleh sarung Gajah Duduk. Jika dituliskan, ternyata harapan baiknya panjang. Namun jika dilambangkan menjadi lebih ringkas, cukup dengan gambar gajah yang sedang duduk. Sehingga, selain memiliki makna yang baik, lambang tersebut juga menggambarkan secara unik dan menarik.

Kenalkan Terus
Pemilik usaha harus terus mengenalkan brand-nya, tidak boleh berhenti atau bosan. Ada banyak cara untuk mengenalkan brand. Cara paling awal, tampilkan brand di papan nama. Agar orang yang lewat bisa tahu, dan orang yang sudah tahu bisa dengan gampang menemukan tempat produksinya. Selanjutnya, baru gunakan brand di semua kebutuhan produk dan usaha. Seperti di kemasan, stempel, nota, amplop, dan sebagainya. Tapi jangan lupa dengan syarat brand yang baik, meski digunakan diberbagai kebutuhan, brand tersebut harus ajeg. Jangan sampai berubah-ubah, agar pembeli percaya bahwa produk yang mereka beli merupakan produk dengan kualitas yang sama baiknya.

Tidak semua calon pembeli tinggal di dekat tempat usaha. Karena itu, jika ada kesempatan pameran di kota atau daerah lain, gunakan untuk mengenalkan. Inilah salah satu alasan pentingnya punya kartu nama. Agar jika ada yang tertarik membeli atau menjadi mitra penjualan, bisa saling komunikasi. Baik komunikasi melalui telepon, atau calon pembeli dan penjual tersebut datang langsung ke tempat usaha kita. Intinya, jalin kerjasama penjualan seluas mungkin agar brand kita juga semakin dikenal luas.

Brand merupakan jaminan kualitas. Karena itu kualitas produk dan pelayanannya harus terus ditingkatkan. Agar nama baik brand tetap terjaga. Seperti kata pepatah, semakin tinggi pohon, tambah kencang juga tiupan anginnya. Sehingga, jangan sampai terjadi ketika sudah punya banyak pelanggan dan pesanan, justru kualitasnya menurun karena kewalahan melayani pelanggan. Solusinya, setiap ada peningkatan jumlah pembeli dan pesanan, usahakan juga diikuti dengan penambahan kapasitas produksi.

Ingat, pelanggan adalah mitra yang mempromosikan usaha atau produk kita secara cuma-cuma. Mereka tidak dibayar, tapi rela menceritakan pengalaman baiknya ke orang di sekitarnya. Jika orang lain tersebut juga puas dengan brand kita, maka akan bertambah lagi pelanggan yang membuat usaha kita makin besar dan berkembang. Awalnya, brand memang merupakan nama yang bermakna. Tapi jika terus dijaga kebaikannya, maka akan semakin luas pula manfaatnya.

——-

Edy SR
Brandpreneur di EDYSR.COM
ide@edysr.com | @edysrid | #brandpreneur

Pelatihan Branding untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Desa Temuwuh, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul

Program Studi Manajemen
Sekolah Vokasi Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta, 31 Agustus 2014